Oleh Jefman E M
Oleh Jefman E M
Setelah setahun lebih dalam suka duka menjadi mahasiswa yang mengarungi PPDS farmakologi klinik, ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang terlontarkan kepada saya. Tetapi, diantara pertanyaan-pertanyaan yang terlontarkan, ada dua pertanyaan yang selalu sama ditanyakan kepada saya. Bahkan dari teman sejawat sekalipun.
Kenapa memutuskan untuk menjadi seorang farmakologi klinik?
Mungkin pertanyaan ini menjadi hal yang biasa bagi teman-teman yang juga melanjutkan studi sebagai spesialis. Tapi, pertanyaan kedua menjadi unik karena mungkin saja, hanya segelintir yang mendapatkan pertanyaan demikian.
Dimana seorang farmakologi klinik bekerja?
Akhirnya saya memutuskan untuk menuangkan jawaban-jawaban atas pertanyaan tadi melalui tulisan.
Nostalgia ke masa kuliah dulu, saya teringat sebuah kutipan dari seorang profesor, “Seorang dokter yang baik adalah dokter yang memahami farmakologi”. Tentunya setiap dokter telah dibekali dengan ilmu farmakologi serta ilmu patofisiologi penyakit, dimana salah satu ekspertise seorang dokter adalah melakukan sintesis kedua ilmu tersebut.
Kemudian saya berusaha menghayati keadaan ketika saya telah menjadi seorang dokter umum. Pelayanan kesehatan di Indonesia sudah mulai berubah sejak tahun 2014 ketika era JKN dimulai. Saya sadar bahwa pelayanan kesehatan yang berubah ini merupakan jalan menuju efisiensi dana kesehatan. Patut disadari bahwa sebagian besar dana kesehatan dialokasikan untuk obat-obatan. Karena obat adalah komponen vital dalam era kesehatan saat ini.
Hal ini juga menyadarkan saya bahwa tata kelola obat adalah titik krusial dalam pelayanan kesehatan. Diperlukannya ekspertise khusus yang mampu melakukan pengkajian tentang kebutuhan obat di rumah sakit, serta ekspertise khusus yang mampu melakukan seleksi dan evaluasi obat berdasarkan kebutuhan esensial di rumah sakit.
Saya menjadi cukup takjub ketika menjalani sebagian kecil dari masa pendidikan ini. Ternyata apa yang saya pikirkan sebelumnya memiliki beberapa komponen penting dalam penerapannya di dunia kerja, seperti drug utilization study, kajian farmakoekonomi, pemantauan obat baru, pengelolaan formularium, bahkan lebih luas lagi mencakup bagian dalam rasionalisasi dan optimasi penggunaan antibiotik dengan tujuan menghambat terjadinya resistensi kuman.
Di samping itu, salah satu alasan lain yang mendorong saya untuk menyelami profesi ini adalah keyakinan saya bahwa setiap orang berbeda antara satu dan yang lainnya. Pemikiran ini muncul ketika melihat respon berbeda pada beberapa pasien terhadap obat yang sama. Contohnya saja, obat TBC yang pada sebagian orang tidak mengalami efek samping obat, tetapi pada sebagian kecil ada yang mengalami efek samping obat. Saya yakin hal yang sama juga terjadi terhadap efektivitas suatu obat. Akhirnya, ketika mulai mengenal farmakologi klinik, saya mengenal cabang ilmu yang dinamakan farmakogenetik.
Mencoba untuk menerawang ke masa depan, saya yakin suatu saat pelayanan kesehatan akan kembali mengalami evolusinya. Pendekatan yang akan digunakan dinamakan “personalized-medicine” dimana seseorang diobati berdasarkan keadaan individunya masing-masing. Tidak sampai disitu saja, melanjutkan hal tersebut maka seorang farmakologi klinis harus memiliki ekspertise untuk menilai respon obat, baik itu efikasi maupun efek samping, sehingga ketika munculnya suatu kejadian yang tidak diharapkan, seorang farmakologi klinis mampu untuk melakukan penilaian kausalitas, apakah akibat efek samping obat ataukah akibat perjalanan penyakit. Di sinilah saya melihat keunggulan menjadi seorang yang bergelar Sp.FK, mampu melakukan kajian terkait obat dan membantu klinisi dengan memberikan rekomendasi berdasarkan ekspertise farmakolog dengan pendekatan seorang dokter guna mencapai safety pasien dimana peran tersebut tertuang pada Komite Farmasi dan Terapi (KFT) dan PPRA di RS, yang tujuan dari semua itu adalah bekerja bersama tim rumah sakit untuk meningkatkan efisiensi pengobatan. Imbas hal ini sangat besar terhadap rumah sakit.
Akhirnya dalam satu tahun lebih ini saya menyadari, betapa banyaknya peran dan tugas yang dapat diemban oleh seorang dokter spesialis farmakologi klinik. Menjadi seorang peneliti di dalam rumah sakit, memberikan pelayanan berdasarkan ekspertise, serta dapat mengembangkan obat baru, monitoring, dan evaluasi obat baru yang bisa bernaung pada bidang akademis maupun regulator.
Maka dengan tulisan ini saya yakin, kedua pertanyaan tersebut telah terjawab.
Sumber: https://jarasilmu.blogspot.com/2019...akologi-klinik.html?showComment=1614089842124
Last edited: